nusakini.com-Jakarta-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pada pertemuan kedua Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20, para anggota menggarisbawahi peran penting keuangan berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global yang inklusif, tangguh dan ramah lingkungan (green), serta pencapaian agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan sejalan dengan konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC) dalam Paris Agreement.

“Para Anggota juga berbagi panduan strategis mereka dalam mengembangkan hasil keuangan berkelanjutan. Terdapat dukungan yang luas bahwa high-level framework untuk transisi final harus mencakup berbagai pendekatan dan penyelarasan yang inklusif, praktis, berbasis ilmu pengetahuan dan melihat ke depan untuk memastikan bahwa hal itu dapat memungkinkan pasar keuangan memfasilitasi transisi iklim,” jelas Menkeu dalam Konferensi Pers FMCBG G20, Rabu (20/04) di Washington DC.

Menkeu mengatakan bahwa pada pertemuan tersebut juga mencatat pertimbangan para anggota untuk meningkatkan kredibilitas komitmen lembaga keuangan dalam mengembangkan seperangkat kebijakan yang menyoroti cara-cara untuk meningkatkan instrumen keuangan berkelanjutan. Beberapa anggota menyoroti pentingnya meningkatkan fasilitas de-risiko dan mengeksplorasi instrumen keuangan berkelanjutan di luar obligasi, sembari mempertimbangkan keadaan khusus suatu negara.

Selain itu, para anggota juga menunjukkan perlunya dukungan untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dan sejumlah kebijakannya yang akan dibahas dalam forum selanjutnya pada pertengahan Juni mendatang.

“Beberapa anggota menegaskan kembali komitmennya untuk meneruskan aksi dari peta jalan keuangan berkelanjutan G20, dan para anggota juga berharap dapat melanjutkan dialog dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 yang ketiga di Bali pada 15-16 Juni 2022 mendatang,” terang Menkeu.

Presidensi G20 Indonesia memiliki peran besar dalam memimpin aksi global menuju pemulihan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif. Apalagi, dengan adanya pandemi dan tensi geopolitik, dinamika ekonomi global saat ini semakin rumit. Ruang alternatif kebijakan dalam rangka pemulihan ekonomi juga menjadi semakin sempit.

Meski situasi global masih tidak menentu, Presidensi G20 Indonesia terus berupaya mengawal agenda-agenda utama pembahasan untuk mendorong pemulihan ekonomi yang adil, merata, dan berkelanjutan.(rls)